Tuesday, December 31, 2024

Strategi Pengelolaan Karbon Biru di Indonesia

9 Juli 2021 , dibaca 6915 kali.

Nomor: SP. 217/HUMAS/PP/HMS.3/07/2021

Ekosistem pesisir di Indonesia terutama mangrove, padang lamun dan kawasan rawa payau memiliki potensi cadangan karbon biru yang sangat besar, yaitu sebagai penyerap serta penyimpan karbon alami yang kapasitasnya melebihi hutan tropis daratan. Guna menyusun persepsi bersama terkait konsep pengelolaan dan pengembangan karbon biru di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menyelenggarakan Diskusi Pojok Iklim pada Hari Rabu 7 Juli 2021 dengan mengangkat tema “Strategi Pengelolaan Karbon Biru di Indonesia”.

Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Sarwono Kusumaatmadja, menyampaikan dalam sambutannya bahwa Indonesia memiliki basis sumber daya alam dan potensi karbon biru yang sangat kaya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal ini didukung oleh fakta bahwa wilayah Indonesia meliputi lebih dari 60% dari total wilayah Coral Triangle dunia, yang terutama didominasi oleh bagian timur Indonesia. Pemerintah saat ini sudah melakukan rehabilitasi mangrove sebagai salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Dunia sedang mengalami akselerasi perubahan iklim, dan perekonomian dunia akan menyesuaikan dengan tantangan tersebut. Dengan potensi ekonomi dan ekologi yang sangat besar, kita harus mengatur mindset bahwa Indonesia merupakan negara climate super power,” ujar Sarwono.

Kemudian, Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Air, Kementerian PPN/BAPPENAS, Nur Hygiawati Rahayu, menyampaikan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, perubahan iklim masuk ke dalam Prioritas Nasional 6 dengan program prioritas yaitu pembangunan rendah karbon dan peningkatan ketahanan bencana dan iklim. Proyek antar kementerian dan lembaga dalam hal ini antara lain rehabilitasi mangrove. Secara umum, tantangan tata kelola mangrove adalah degradasi ekosistem, kurangnya data dan metodologi terstandardisasi, serta kurangnya kapasitas teknis, koordinasi, pendanaan dan pilot project.

“Strategi pengelolaan lahan basah dapat dilakukan dengan memperkuat database, kolaborasi berbagai pihak, merancang strategi dan mengintregasikan peta jalan, serta mengkonsentrasikan pemberdayaan masyarakat dan penataan ruang,” ujar Nur.

Selanjutnya, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, KKP, Andi Rusandi menyampaikan bahwa ekosistem karbon biru berpotensi menyerap 50% karbon yang ada di atmosfer. Perluasan kawasan konservasi perairan dengan target 32,5 juta hektar di tahun 2030, ditargetkan setidaknya 20 juta hektar yang dikelola dengan baik sehingga ekosistem mangrove dan lamun dapat berfungsi secara optimal. Saat ini setidaknya 92,73% ekosistem lamun sudah masuk ke dalam kawasan konservasi. Penetapan kawasan konservasi sebagai legal basis yang kuat membutuhkan pengelola, SDM, dan anggaran.

“Diperlukan pengawalan dari pusat sehingga target konservasi sama-sama dapat dicapai antara pusat dan daerah. Inovasi, kolaborasi, penyadartahuan menjadi poin penting dalam usaha konservasi ini,” ujar Andi.

Disamping itu, Direktur Pengelolaan Sampah, Ditjen PSLB3, Novrizal Tahar, menyampaikan bahwa sampah merupakan salah satu ‘predator’ bagi ekosistem pesisir di Indonesia. Timbulan sampah di lautan berasal dari kebocoran sampah dari daratan ke perairan serta aktivitas di lautan. Saat ini, Indonesia sedang mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang penanganan sampah laut, bahwa Indonesia akan menurunkan sampah laut sebesar 70% pada tahun 2025. Rencana aksi yang dilakukan meliputi lima kelompok kerja yang terintegrasi dengan berbagai lembaga.

“Hingga tahun 2020, dapat kita pastikan terjadi penurunan sampah laut sebesar 15,30%, sehingga ini menunjukkan adanya upaya dan masifnya gerakan untuk memastikan sumberdaya karbon biru terjaga dengan baik. Potensi untuk menjadi negara super power dengan tiga hamparan mangrove, lamun, dan terumbu karang akan sia-sia jika kita tidak menangani persoalan sampah laut,” ujar Novrizal.

Lebih lanjut, Direktur Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Monitoring Pelaporan Verifikasi, Ditjen PPI, KLHK, Syaiful Anwar menyampaikan bahwa karbon biru atau coastal wetland perlu menjadi pertimbangan dalam menghitung keluaran dan serapan emisi GRK Indonesia. Untuk membangun mutual trust dan confidence sebagaimana dalam mekanisme Enhanced Transparency Framework, negara-negara diminta untuk menyampaikan laporan inventarisasi emisi GRK nasional sesuai pedoman dari IPCC. Dalam hal ini, mangrove yang diinventarisasi tidak hanya hutan mangrove saja, tapi juga mangrove di lahan yang tidak berhutan.

“Mulai tahun 2021, carbon pool mangrove akan ditambah dengan tanah mangrove, karena mangrove sebagai vegetasi pesisir mampu menyimpan karbon dalam tanah hingga 78%. Kalau mangrove tidak di konservasi dan malah dikonversi, akibatnya mangrove dapat menjadi emitter (GRK),” ujar Syaiful.

Penasihat Senior Menteri LHK, Efransjah dalam sambutan penutupnya menyampaikan bahwa Indonesia perlu mengetahui komunitas karbon biru yang dimiliki, salah satunya dengan inventarisasi GRK. Harapannya, vegetasi mangrove dapat menyumbang angka pengurangan karbon. Segala strategi umum, instrumen hukum, dan pengelolaan dalam upaya menjaga kesehatan lahan basah serta pengelolaan sampah dengan demikian perlu diseksamai sedemikian rupa sebagai fokus kontribusi aksi mitgasi dan adaptasi perubahan iklim.

Diskusi yang dipandu oleh Kepala Sub Direktorat Pemantauan Pelaksanaan Migitasi, Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim, Ditjen PPI KLHK, Yulia Suryani ini dihadiri oleh lebih dari 530 peserta yang terdiri dari Kementerian/Lembaga, organisasi non-pemerintah, perguruan tinggi, sektor privat dan individu.


Sumber :

https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6047/strategi-pengelolaan-karbon-biru-di-indonesia

Monday, December 30, 2024

Pengelolaan Ekosistem Karbon Biru Diintegrasikan dengan Kebijakan Perubahan Iklim

May 30, 2023

Foto udara hutan mangrove Jembatan Cinta di Kampung Paljaya, Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (10/5/2023). Mangrove dianggap sebagai karbon biru karena memiliki potensi dalam penyerapan jumlah karbon yang lebih tinggi secara alami.


Ekosistem karbon biru berupa mangrove dan padang lamun memiliki potensi yang sangat besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim di sektor kelautan dan perikanan. Melalui kerja sama dengan Badan Pembangunan Perancis, pengelolaan ekosistem karbon biru akan diintegrasikan dengan kebijakan perubahan iklim nasional.

Hal tersebut mengemuka dalam acara bertajuk ”Integrasi Karbon Biru dalam Kebijakan Perubahan Iklim di Indonesia” di Jakarta, Senin (29/5/2023). Acara ini sekaligus menjadi peresmian dan sosialisasi terkait dengan pelaksanaan proyek karbon biru antara Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dan Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia(ICCTF) bersama Badan Pembangunan Perancis (AFD)

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas Sri Yanti mengemukakan, pembangunan rendah karbon telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Hal ini merupakan sebuah program prioritas untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ketahanan bencana, dan perubahan iklim.

Pengukuran emisi untuk ekosistem karbon biru, khususnya mangrove, di Indonesia terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik di berbagai wilayah.

Salah satu upaya dalam pembangunan rendah karbon ialah mengoptimalisasi potensi ekosistem karbon biru berupa mangrove dan padang lamun. Upaya ini dilakukan dengan langkah strategis untuk peningkatan kualitas dan kelestarian dari ekosistem tersebut.

Menurut Sri, kunci optimalisasi potensi karbon biru dalam mitigasi perubahan iklim dilakukan melalui perdagangan karbon internasional dan kontribusi dalam penurunan emisi sesuai dengan dokumen kontribusi nasional (NDC). Akan tetapi, hal ini tetap membutuhkan sejumlah dukungan, mulai dari aspek kebijakan, sumber daya, hingga koordinasi.

”Kita memerlukan identifikasi kebutuhan kebijakan ekosistem karbon biru untuk mitigasi perubahan iklim dan instrumen teknis pendukung lainnya. Oleh karena itu, kita juga memerlukan integrasi pengelolaan ekosistem karbon biru ke dalam kebijakan keanekaragaman hayati dan iklim Indonesia,” ujarnya.

Kebutuhan terkait integrasi pengelolaan ekosistem baru diwujudkan melalui kerja sama antara Bappenas dan ICCTF dengan AFD yang mengalokasikan pendanaan sebesar 620.000 euro atau sekitar Rp 9,9 miliar. Kerja sama dengan durasi proyek tiga tahun ini akan berfokus mengelola ekosistem karbon biru di tiga lokasi, yakni Juru Seberang (Belitung), Likupang (Sulawesi Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).

Proyek kerja sama ini bertujuan mengintegrasikan karbon biru ke dalam kebijakan nasional dan sub-nasional melalui implementasi Kerangka Kerja Strategis Karbon Biru Indonesia. Tujuan lainnya ialah meningkatkan baseline, inventarisasi, dan kapasitas pemantauan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) pemangku kepentingan nasional dan daerah.

Kerja sama ini diharapkan dapat menciptakan kebijakan-kebijakan pendukung implementasi karbon biru untuk mitigasi perubahan iklim dan kontribusi penurunan emisi. Kemudian diharapkan juga dapat menjawab tantangan pengelolaan ekosistem karbon biru meliputi degradasi kualitas ekosistem, keterbatasan data, serta ketiadaan standardisasi metode MRV.

”Terakhir, diharapkan akan terjadi peningkatan kapasitas pemangku kepentingan untuk implementasi karbon biru dalam upaya penurunan emisi dan perdagangan karbon internasional,” ucap Sri.


Pengukuran emisi

Kepala Sub-Direktorat Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Budiharto mengatakan, dalam pedoman Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), karbon biru kerap dikaitkan dengan ekosistem pesisir. Ekosistem ini meliputi mangrove, rawa pasang surut, dan padang lamun.

”Ekosistem karbon biru memiliki kandungan karbon yang tinggi. Dalam konteks melakukan pengukuran, nantinya akan tergantung dari metodologi yang diterapkan. Nantinya juga bisa dilihat aktivitasnya masuk antropogenik atau non-antropogenik,” ucapnya.

Menurut Budi, ketersediaan data, khususnya terkait kerusakan yang terjadi di padang lamun, merupakan salah satu aspek terpenting dalam mengukur emisi di ekosistem ini. Sementara untuk mangrove, pengukuran emisi di ekosistem ini telah dilaporkan pada inventarisasi gas rumah kaca dan program penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+).

Direktur Eksekutif ICCTF, Tonny Wagey, mengatakan, upaya pengelolaan ekosistem karbon biru telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2017, sejumlah kementerian dan lembaga serta pihak terkait lainnya telah menginisiasi kerangka kerja strategis karbon biru. Saat itu, aspek kolaborasi dan MRV juga telah dibahas meski belum menemui titik terang.

Tonny menekankan bahwa pengukuran emisi untuk ekosistem karbon biru, khususnya mangrove di Indonesia, terlebih dahulu harus mengetahui karakteristik di sejumlah wilayah. Sebab, mangrove di setiap wilayah di Indonesia, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Papua, memiliki karakteristik yang berbeda-beda.


Sumber :

https://www.icctf.or.id/pengelolaan-ekosistem-karbon-biru-diintegrasikan-dengan-kebijakan-perubahan-iklim/

Sunday, December 29, 2024

Waktu yang Tepat untuk Menanam Pohon, Pagi atau Sore Hari?

7 Januari 2023

Ternyata ada waktu yang tepat untuk menanam pohon agar bisa tumbuh dengan subur. Memiliki banyak pohon di sekitar rumah atau di sekitar tempat tinggal bisa memberikan banyak dampak baik. Pohon merupakan makhluk hidup yang bisa membantu mengatasi polusi dan pemanasan global.

Hampir semua tanaman termasuk beragam pohon besar melakukan fotosintesis untuk bertahan hidup. Proses fotosintesis yang dilakukan membuat banyak karbon dioksida diserap dan digantikan dengan oksigen yang menyegarkan.

Bahkan, beberapa jenis pohon juga bisa membantu menyerap polutan berbahaya lainnya, lo.

Jadi, dengan menanam banyak pohon, jumlah polusi bisa berkurang dan udara jadi lebih segar. Tapi ternyata untuk menanam pohon tidak boleh sembarangan, lo. Cara yang salah justru akan membuat pohon tidak tumbuh maksimal hingga justru mati.


Kapan Waktu yang Tepat untuk Menanam Pohon?

Bila teman-teman ingin menanam bibit pohon, jangan lalukan pada hari yang hangat, cerah, atau pada hari yang berangin. Kondisi cuaca seperti itu akan membuat bibit pohon mengalami kejutan transplantasi.

Kejutan transplantasi adalah kondisi ketika tumbuhan merasa terkejut karena dipindahkan dari tempat asal ke tempat baru. Kondisi itu akan menyebabkan beberapa masalah seperti pertumbuhan yang terhambat.

Bahkan bila kondisi tanah baru sangat buruk atau cuaca tidak sesuai, pohon yang ditanam bisa tumbuh kerdil dan tidak bisa kembali seperti semula. Kejutan transplantasi itu biasanya disebabkan kelembapan yang dimiliki pada tanah sebelumnya berganti dengan cepat.

Jadi, saat akan menanam pohon perhatikan kondisi angin dan matahari di sekitar tempat menanam. Baiknya, tanam bibit pohon pada hari yang mendung atau pada sore hari ketika angin sedang tenang. Pemilihan waktu sore hari atau saat mendung akan membuat bibit tumbuhan lebih nyaman dengan tanah barunya.

Setelah proses menanam selesai, berikan air yang cukup. Lalu, ulangi penyiraman pada pagi atau sore hari agar. Untuk penyiraman pada sore hari, berikan air hanya pada bagian tanah, ya. Menyiram bagian daun akan menyebabkan pertumbuhan berbagai penyakit.

Batang dan daun yang basah setelah malam muncul, akan mempercepat pertumbuan jamur. Berbagai jamur yang menyerang akan memengaruhi pertumbuhan bibit pohon teman-teman. Nah, dengan menanam pohon yang benar, teman-teman akan mendapat banyak manfaat dari tumbuhan ini.


Manfaat Menanam Pohon

Pohon adalah tanaman yang berukuran besar dan bisa menghasilkan banyak oksigen. Sehingga memiliki beberapa jenis pohon di rumah akan membantu menyejukkan suasana di rumah. Selain menyejukkan udara, beberapa pohon juga akan membantu meredam kebisingan, lo.

Dengan begitu, suasana di rumah akan lebih tenang dan nyaman. Pohon yang ada di sekitar rumah juga bisa membantu membersihkan udara. Semua jenis pohon memang bisa menyerap karbon dioksida dan menggantinya dengan oksigen.

Namun selain itu, ada beberapa jenis pohon yang bekerja lebih baik, lo. Teman-teman bisa menanam pohon palem yang bisa menyerap banyak gas berbahaya lainnya. Sehingga udara di sekitar rumah jadi lebih bersih dan segar.

Nah, itu keuntungan dan waktu yang tepat untuk menanam pohon agar tumbuh dengan baik.


Sumber :

https://bobo.grid.id/read/083645269/waktu-yang-tepat-untuk-menanam-pohon-pagi-atau-sore-hari?page=4

Saturday, December 28, 2024

Bagaimana Cara Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia?

27 November 2023

Hari Menanam Pohon penting dilakukan untuk menjaga pelestarian lingkungan.

Setiap tanggal 28 November diperingati sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia.

Hari Menanam Pohon Indonesia bertujuan untuk sarana kampanye gerakan menanam pohon demi meningkatkan pelestarian lingkungan.

Hari Menanam Pohon Indonesia merupakan peringatan nasional yang dilakukan untuk memberikan kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat tentang kerusakan hutan dan lahan.

Kerusakan hutan dan lahan ini bisa ditanggulangi dengan cara menanam pohon, Adjarian.

Melansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Hari Menanam Pohon Indonesia ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008.

Keppres tersebut kemudian ditandatangani oleh Presiden yang memutuskan tanggal 28 November ditetapkan sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia.

O iya, dalam Keppres tersebut juga disepakati bahwa bulan Desember merupakan Bulan Menanam Nasional atau BMN.

Lalu, bagaimana cara memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia?

Yuk, cari tahu!


Cara Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia

Cara yang dapat dilakukan untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia, di antaranya:


1. Penanaman Massal

Organisasi, komunitas, atau pemerintah dapat mengadakan acara penanaman massal untuk memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia.

Acara penanaman masal ini dapat dilakukan di berbagai lokasi, seperti taman, sekolah, atau kawasan hutan yang membutuhkan restorasi.


2. Edukasi Lingkungan

Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia dapat dilakukan dengan mensosialisasikan pentingnya menanam pohon dan dampak positifnya terhadap lingkungan.

Kita bisa menggelar seminar, lokakarya, atau pameran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang menanam pohon.


3. Kampanye Media Sosial

Gunakan platform media sosial untuk menyebarkan informasi tentang Hari Menanam Pohon Indonesia.

Selain itu, kita juga bisa mengajak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanaman pohon.


4. Pendidikan Lingkungan di Sekolah

Sekolah-sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan edukasi dan penanaman pohon bersama siswa sebagai bentuk peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia.

Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga alam sejak dini.


5. Penanaman Pohon di Lingkungan Rumah

Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia bisa dengan mengajak masyarakat untuk menanam pohon di sekitar rumah atau pekarangan mereka sendiri.

Kita bisa memilih pohon yang sesuai dengan lingkungan dan iklim setempat.


6. Program Penghijauan Kota

Kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengadakan program penghijauan kota termasuk kegiatan memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia.

Hal ini bisa dilakukan dengan menanam pohon di trotoar, taman kota, atau area publik lainnya.


7. Kompetisi Penanaman Pohon

Menyelenggarakan kompetisi antarkelompok atau individu dapat mendorong semangat bersaing dalam menanam pohon.

Di samping itu, berikan penghargaan kepada mereka yang berhasil menanam dan merawat pohon dengan baik.


Nah, itu tadi beberapa cara memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia.


Sumber :

https://adjar.grid.id/read/543955413/bagaimana-cara-memperingati-hari-menanam-pohon-indonesia?page=all

Friday, December 27, 2024

Program Tanam 238 Ribu Pohon Pecahkan Rekor Dunia

01 Desember 2016

Penanaman sebanyak 238 ribu batang pohon dalam waktu 60 menit secara serentak pada satu tempat berhasil pecahkan rekor dunia. Penanaman pohon secara serentak itu melibatkan 10 ribu orang.

Tim penilai Guinness World Records melakukan penganugerahan dan pencatatan Rekor Dunia kepada KOPRABUH sebagai inisiator. Ajang pemecahan rekor dunia penanaman serentak merupakan rangkaian Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) 2016.

Demikian seperti dilansir situs esdm.go.id, hari ini.

Puncak peringatan HMPI dan BMN 2016 dilaksanakan di Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Gerakan ini diharapkan bisa menjadi momentum gerakan penanaman dan pemeliharaan pohon secara kontinyu dan diharapkan dapat membudaya di kalangan masyarakat luas.

"Program ini akan saya ikuti terus, kalau baik akan kita kembangkan di provinsi dan kabupaten kota lainnya," kata Presiden Jokowi yang turut hadir dalam acara tersebut.

Total pohon yang ditanam pada HMPI 2016 mencapai 238.000 batang terdiri dari 200.000 batang kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan 38.000 batang jati (Tectona Grandis) pada areal seluas 23 hektar.

Kaliandra merupakan jenis pohon berumur pendek yang dapat dipanen dalam 2 tahun. Biasanya digunakan sebagai bahan baku energi. Kaliandra memiliki manfaat lain melalui bunganya yang dikenal sebagai makanan lebah madu yang produktif.

Sementara, tanaman jati memiliki nilai ekonomi tinggi dan mampu memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Kedua jenis pohon ini ditanam berdampingan. Oleh karena itu, masyarakat dapat mengambil manfaat ekonomi jangka pendek melalui kaliandra dan jangka panjang melalui jati.


Sumber :

https://m.riauaktual.com/news/detail/18120/program-tanam-238-ribu-pohon-pecahkan-rekor-dunia.html

Thursday, December 26, 2024

Inovasi 2020: Program Kesuma Cinta, Sepasang Kekasih yang akan Menikah Wajib Menanam Pohon

11 Desember 2019


Jelang 2020, DLH Samarinda memiliki inovasi terkait kepedulian terhadap lingkungan.

Di antaranya ialah program penghijauan bagi pasangan kekasih yang ingin menikah. Yakni mewajibkan warga Samarinda yang ingin menikah, menanam 2 bibit pohon sebagai salah satu syarat tambahan.

"Namanya program Kesuma Cinta. Setiap pasangan yang akan menikah, wajib untuk menanam 2 pohon," ungkap Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan dan Pertamanan, Aviv Budiono.

Program tersebut, lanjutnya, kurang lebihnya seperti di Bontang yang mulai diterapkan sejak 2016 lalu. Namun, unggulnya dari program itu, selain menyediakan serta menanam bibit, pasangan kekasih itu juga turut serta menyediakan komposnya.

"Unggulnya, dia juga menyediakan komposnya. Itu juga bagian dari pengurangan sampah," tandasnya.

Untuk mekanismenya, nanti pasangan yang ingin menikah akan menyerahkan bibit itu di kelurahan dan kecamatan.

Selanjutnya, penanaman pohon itu juga dilakukan di area khusus. Yakni di Taman Kesuma Cinta yang juga sedang di canangkan.

"Hingga sekarang ini sudah sampai ke persetujuan. Tinggal rancangan untuk terbit Perwali," tutup Aviv.


Sumber :

https://kaltimtoday.co/inovasi-2020-program-kesuma-cinta-sepasang-kekasih-yang-akan-menikah-wajib-menanam-pohon

Wednesday, December 25, 2024

Sejarah-Tujuan Peringatan Hari Menanam Pohon 28 November

28 Nov 2022

Hari Menanam Pohon Nasional diperingati setiap tanggal 28 November. Mari mengenal sejarah hingga tujuan peringatan Hari Menanam Pohon.

Dilansir dari detikNews, Hari Menanam Pohon Nasional merupakan momen menyadarkan dan menumbuhkan kepedulian masyarakat tentang pemulihan kerusakan sumber daya hutan dan lahan melalui aksi menanam pohon.

Penetapan Hari Menanam Pohon Indonesia merujuk Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2008 yang ditandatangani Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kepres tersebut memutuskan tanggal 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia, dan disepakati Bulan Menanam Nasional (BMN) jatuh bulan Desember.


Sejarah Hari Menanam Pohon Indonesia

Awal mula peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) pada 28 November 2007 dilaksanakan Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon di Desa Cibadak, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor.

Kegiatan ini sekaligus menjadi awal pergerakan Bulan Menanam Nasional Desember 2007. Sejak saat itu, Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional menjadi kegiatan rutin setiap tahun sebagai pencegahan kerusakan lingkungan.


Tujuan Hari Menanam Pohon Indonesia

HMPI dan Bulan Menanam Nasional menjadi momen mengajak masyarakat semakin mencintai lingkungan. Tujuan lain Hari Menanam Pohon Indonesia dijelaskan sebagai berikut.


Upaya mengantisipasi perubahan iklim global

Mencegah degradasi (menurunnya daya dukung lingkungan)

Mencegah deforestasi (peristiwa hilangnya hutan alam beserta dengan atributnya yang diakibatkan oleh penebangan hutan)

Mencegah kerusakan lingkungan lainnya yang mengakibatkan penurunan produktivitas alam dan kelestarian lingkungan

Itulah seputar sejarah dan tujuan peringatan Hari Menanam Pohon 28 November. Semoga informasi ini bermanfaat ya!


Sumber :

https://www.detik.com/bali/berita/d-6430888/sejarah-tujuan-peringatan-hari-menanam-pohon-28-november.

Strategi Pengelolaan Karbon Biru di Indonesia

9 Juli 2021 , dibaca 6915 kali. Nomor: SP. 217/HUMAS/PP/HMS.3/07/2021 Ekosistem pesisir di Indonesia terutama mangrove, padang lamun dan kaw...